Meritagehighlands.com – Isu rasis yang melibatkan warga Asia Tenggara kini menyoroti perhatian publik, terutama terkait dengan orang Singapura. Perdebatan ini mulai mencuat setelah sebuah cuitan oleh kreator dari Korea Selatan, Kangmin Lee, yang mengomentari kebiasaan makan nasi dengan tangan oleh orang Asia Tenggara. Komentar tersebut menuai kecaman luas di platform media sosial X (Twitter) karena dianggap rasis.
Situasi semakin memanas saat seorang warga Amerika, Sydney Watson, mengungkapkan bahwa temannya dari Singapura pernah menyebut orang Asia Tenggara dengan istilah “Jungle Asians” atau “orang hutan Asia.” Ungkapan ini langsung memicu kemarahan masyarakat, dianggap sebagai penghinaan yang merendahkan.
Kemarahan publik semakin bertambah ketika sebuah video lama muncul kembali. Dalam video tersebut, seorang wanita Singapura menjelaskan mengapa dia tidak mandi pagi sebelum berangkat kerja. Dalam penjelasannya, dia mengatakan bahwa kurang tidur menjadi penyebab utamanya dan mengekspresikan ketidakpuasan dengan pernyataan, “Kalian lihat ini? Kami belum cukup tidur. Kalian masih berharap kami bangun lebih pagi untuk mandi? Itu tidak akan terjadi.”
Fenomena ini menimbulkan diskusi yang lebih luas tentang stereotip dan prasangka terhadap orang-orang dari Asia Tenggara, serta bagaimana hal ini memengaruhi persepsi publik terhadap komunitas yang lebih luas. Warga Singapura kini merasa terhimpit dalam perdebatan yang tidak hanya menyentuh aspek budaya tetapi juga identitas nasional mereka.
Menanggapi situasi ini, penting bagi masyarakat untuk lebih bijak dalam menyebarkan pernyataan dan menjaga sensitivitas budaya agar tidak memperburuk ketegangan yang ada.