Yogyakarta – Padel, olahraga yang tengah populer, semakin menarik minat banyak masyarakat. Olahraga ini dikenal karena teknik permainan yang mudah dipelajari, suasana interaktif yang terbentuk selama bermain, serta sifatnya yang inklusif dan dapat dinikmati oleh semua kalangan usia. Namun, seperti halnya olahraga lainnya, padel juga memunculkan risiko cedera yang perlu diperhatikan.
Menurut dr. M. Ikhwan Zein, Sp.KO, seorang dosen Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Yogyakarta dan pendiri Jogja Sports Clinic, risiko cedera dalam padel sangat beragam. Tingkat keparahan cedera tergantung pada mekanisme dan sejauh mana kerusakan jaringan terjadi. Dalam wawancara pada Kamis (17/7/2025), ia menjelaskan beberapa kategori cedera yang umum terjadi.
Cedera ringan, seperti kram otot, sering kali disebabkan oleh dehidrasi atau kurangnya pemanasan sebelum berolahraga. Sementara itu, keluhan nyeri otot yang dikenal sebagai Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) umumnya terjadi pada pemula yang belum familiar dengan gerakan padel.
Cedera yang lebih serius meliputi tarikan pada jaringan lunak seperti otot, tendon, dan ligamen, yang biasa disebut sebagai sprain dan strain derajat satu. Penyebab cedera ini biasanya adalah gerakan eksplosif yang melebihi batas toleransi jaringan. Cedera akibat penggunaan berulang tanpa adanya pemulihan yang cukup juga menjadi perhatian.
Pada cedera yang lebih parah, kerusakan bisa melibatkan robekan pada otot atau tendon, bahkan patah tulang dalam kasus yang jarang terjadi. Oleh karena itu, sangat penting bagi para pemain padel untuk memperhatikan teknik dan kondisi fisik mereka agar dapat menikmati olahraga ini dengan aman.