13 Agustus 2025 – Penyakit leptospirosis menjadi sorotan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), di mana per Juli 2025 tercatat sebanyak 282 kasus infeksi akibat bakteri Leptospira. Penyebaran penyakit ini diketahui, terjadi di beberapa kabupaten, dengan Kabupaten Bantul menjadi yang tertinggi dengan 165 kasus, diikuti oleh Kabupaten Sleman (53 kasus), Kabupaten Kulonprogo (32 kasus), Kota Yogyakarta (21 kasus), dan Kabupaten Gunungkidul (11 kasus).
Leptospirosis, atau yang sering disebut sebagai “kencing tikus,” menyebar melalui kontak dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi, seperti tikus, sapi, anjing, dan babi. Dokter Henny Cloridina dari Fakultas Kedokteran Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta’ menyampaikan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit ini. Ia menjelaskan bahwa faktor penyebaran leptospirosis dipengaruhi oleh lingkungan, individu, sosial ekonomi, dan perilaku.
Untuk mencegah infeksi, Dina merekomendasikan beberapa langkah praktis. Masyarakat disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan, rutin membersihkan sampah, serta menghindari tumpukan barang bekas. Selain itu, menjaga kebersihan pribadi dan mengendalikan populasi tikus terlihat sebagai langkah krusial. Masyarakat juga diingatkan untuk mengenali gejala-gejala leptospirosis, seperti demam tinggi, nyeri otot, dan berkurangnya nafsu makan.
Dina menekankan pentingnya segera mengunjungi dokter jika gejala tidak membaik dalam waktu tiga hari setelah pengobatan. Gejala yang khas seperti kulit dan mukosa yang tampak kuning, serta nyeri otot hebat, perlu diwaspadai. Kesadaran dan tindakan pencegahan yang tepat dapat membantu mengurangi angka infeksi leptospirosis di masyarakat.