Meritagehighlands.com – Pelemahan nilai tukar rupiah saat ini banyak dipicu oleh ancaman tarif 100 persen terhadap impor barang-barang dari China. Hal ini diungkapkan oleh Ibrahim Assuabi, analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, dalam keterangan yang disampaikan di Jakarta, Senin lalu.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memicu ketegangan perdagangan kembali pada hari Jumat dengan ancaman tarif yang bisa mencapai 100 persen pada barang impor dari Tiongkok. Dalam pernyataannya, ia menegaskan akan memperketat kontrol ekspor pada teknologi penting setelah Beijing mengumumkan pembatasan ekspor mineral tanah jarang. Ancaman ini menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan, yang berdampak langsung pada nilai tukar rupiah.
Seperti dikutip dari Anadolu, Trump menyatakan rencana untuk menerapkan tarif tersebut pada 1 November 2025, atau lebih cepat, jika China tidak melakukan perubahan yang diharapkan. Dalam langkah balasan, China telah mengumumkan pembatasan pada ekspor unsur tanah jarang, termasuk pengawasan ketat terhadap teknologi yang berkaitan dengan pengolahan dan produksi material magnetik.
Kementerian Perdagangan China menjelaskan bahwa langkah ini bertujuan menjaga keamanan nasional dan mengontrol teknologi terkait yang tidak bisa diekspor tanpa izin resmi. Respons Beijing terhadap ancaman Trump menunjukkan sikap tegas dan penolakan untuk takut pada perang dagang, yang dapat memperburuk ketegangan ekonomi antara kedua negara.
Pada penutupan perdagangan di hari yang sama, nilai tukar rupiah tercatat melemah 3 poin menjadi Rp16.573 per dolar AS, meskipun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) justru menunjukkan penguatan ke level Rp16.580 per dolar AS. Kekhawatiran terhadap eskalasi ketegangan dagang ini tampak jelas di pasar mata uang, dan akankah kebijakan ini terus berlanjut masih menjadi pertanyaan besar.