20 July 2025 – Dalam konteks ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, Indonesia muncul sebagai alternatif strategis dalam kancah ekspor global. Ketika AS mencari pemasok baru untuk menghindari tarif tinggi terhadap barang dari China, Indonesia memperlihatkan daya tarik dengan tarif yang kompetitif dibandingkan negara-negara lain di Asia.
Secara historis, Indonesia telah mempertahankan surplus perdagangan yang signifikan dengan Amerika Serikat, berkisar antara 15 hingga 18 miliar dolar AS. Angka ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan bagian pasarnya di AS. Berbagai produk unggulan seperti minyak sawit, tekstil, pakaian, furnitur, dan barang kulit semakin menunjukkan potensi ekspor yang bercahaya, terutama karena tarif Indonesia lebih menarik dibandingkan pesaing seperti Malaysia dan Vietnam.
David Sumual, Chief Economist PT Bank Central Asia, menjelaskan bahwa untuk minyak sawit, Indonesia menguasai sekitar 85 persen pasar di Amerika Serikat. Ia menambahkan, tarif ekspor yang hanya 19 persen membuat produk Indonesia lebih dipilih oleh importir daripada produk dari negara lain dengan tarif lebih tinggi.
Perubahan pasar global juga terlihat dari kelebihan pasokan di China dan strategi diversifikasi yang dilakukan oleh negara tersebut. Meskipun demikian, perang tarif yang dimulai oleh AS juga berdampak pada konsumen di dalam negeri. David menegaskan bahwa meski tarif dikenakan kepada produk Indonesia, beban sebenarnya justru ditanggung oleh konsumen di AS.
Di samping itu, Indonesia tengah membuka peluang pasar baru melalui kesepakatan perjanjian ekonomi dengan Uni Eropa, yang dapat memberikan ruang bagi produk Indonesia untuk memasuki pasar Eropa dengan tarif yang lebih rendah. Dengan lebih dari 30 jenis produk ekspor yang ada, Indonesia memiliki momentum yang kuat untuk meningkatkan posisi tawarnya dan memanfaatkan peluang ini sebagai dorongan untuk meningkatkan ekspor.